“Pa, belikan PS 2!” “Pa, beli mobil biar nggak kehujanan!” “Kapan beli PS, Pa?” “Kapan beli mobil, Pa?” Kok bisa mulutku enteng ngomong kayak gitu? Padahal dia sudah susah payah bekerja. Harusnya aku dikasih makan aja udah bersyukur. Kok bisa mulutku terus bertanya seperti itu? Padahal dia sudah berusaha menyembunyikan kesedihannya. Harusnya aku yang meringankan semua bebannya. Sampai dia wafat, tak ada satu pun pencapaianku yang membuatnya bangga. Bahkan, sampai setua ini, aku masih menjadi beban untuknya. Kenapa bisa lahir di dunia padahal tidak berguna begini? Cuma nyusahin orang tua saja. Kelihatannya semua makhluk itu berguna, kecuali aku. Oh, aku baru sadar. Mungkin aku ini berguna, untuk jadi contoh untuk orang-orang bahwa aku adalah definisi dari gagal.