Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Unfinished Business Versiku Dewe

Tulisan sing iki ketoke emang kudu boso Jowo. Soale aku dewe yo bingung nek iki arep digawe boso Indonesia mergo mesti bosone bakal alay, malah ra ketok nek kuwi tulisanku hahaha. Kadang nek moco tulisanku sing nggae boso Indonesia malah ketok nek ndakik-ndakik, nek ra ngono malah ngetoki nek aku ualay hahaha. Ning, yo arep piye meneh ye te, aku tarah ra iso nggae kalimat sing apik ngono. Khususon tulisan sing iki, njajal tak nggae boso Jowo ae. Aku wonge ki uduk sing tipikal nyeritakne opo ae soal uripku, neh neh babagan tresno. Alah, alah, ambyar tenan aku soale. Aku ra berharap entok solusine, ning minimal ati iso rodok lego. Soyo mrene, aku malah ngeroso opinine konco-koncoku soal ‘Unifinished Business’ kuwi saiki mulai bener. Mergo ndisek aku tau cerito-cerito karo koncoku babagan kuwi. Koncoku, emang umure luweh tuwek kan aku, mangkane deke nyimpulne nek ‘Unifinished Business’ kuwi nyoto lan ngewenehi conto film sing judul ‘Ada Apa dengan Cinta 2.’ Aku ngeroso film sing dio...

Pantaskah Aku Berdoa?

Beberapa tahun terakhir, sudah mulai jarang memanjatkan doa untuk diriku sendiri. Hal itu dikarenakan aku merasa bahwa hidupku tidak layak untuk didoakan. Bukan berarti aku congkak, cuma merasa kalau hidupku yang penuh dosa ini apa masih boleh meminta lebih? Aku juga tidak yakin akan hal itu dan sampai sekarang pun masih bertanya-tanya. Ibadah yang harusnya dilaksanakan dengan taat sebagai tanda bahwa kita beriman saja kadang masih aku lalaikan karena suatu hal. Aku merasa kalau meminta sesuatu kepada Tuhan padahal tidak memenuhi ekspektasiNya itu sama seperti ketika aku masih kecil meminta PS2 ke papaku padahal prestasiku di sekolah biasa saja. Apakah aku tidak berdoa sama sekali? Tidak, bukan begitu. Aku masih berdoa, aku meminta, tapi bukan untuk diriku. Aku meminta agar keluargaku baik-baik saja, meminta agar keluargaku yang sudah tidak lagi hidup diberi tempat sebaik mungkin, dll. Tidak ada doa spesifik untuk diriku sendiri. Menurutku, sebenarnya konsep berdoa ini sama seper...

APAKAH AKU BISA?

Jujur saja, aku sudah mulai pesimis dengan kemampuanku di Stand-Up Comedy. Bukan karena aku menyerah, tapi aku merasa bahwa ilmu yang sampai sekarang aku pakai sudah tampak usang dan sia-sia. Sekarang banyak komika baru bermunculan dan kelihatannya mereka lebih jago dibandingkan dengan aku. Aku yang masih membawa ilmu lama, bisa dibilang juga ilmu ortodoks ini ragu karena perkembangan yang begitu pesat. Seharusnya, aku tidak perlu pesimis, karena sudah aku niatkan untuk cuma menghidupi komunitas aja, tidak lebih. Tapi, dari benakku paling dalam, ada sebuah sisi di mana aku ingin sekali berhasil di bidang ini. Padahal kalau dipikir dengan akal sehat, jelas tidak mungkin. Aku saja yang sudah berkecimpung selama sembilan tahun di Madiun, tidak menjadi apa-apa. Malah orang-orang di Madiun ada beberapa yang baru tahu kalau di Madiun ada komunitas Stand-Up Comedy. Ada sisi yang ingin aku menyelesaikan semua ini. Maksudnya, aku harus mati-matian dengan seni ini, hingga tahu aku finish di ...