APA JANGAN-JANGAN...
Sudah lama tidak menulis karena sibuk dengan kegiatan Gen-Z pada umumnya, yaitu over thinking dan sambat soal kerjaan dan hal apa pun di medsos. Asoy, Gen-Z banget. Hiburan selama kerja dan menjadi perantauan cuma menontoni YouTube, TikTok, dan Instagram. Banyak informasi yang aku dapat dari beberapa platform tersebut, salah satunya adalah teori konspirasi.
Teori konspirasi ini sudah sangat familiar di masyarakat kita, tapi sayangnya masih ada yang belum menangkap apa inti dari teori konspirasinya. Misal, dulu ada teori konspirasi soal bumi datar. Sejujurnya, dulu aku fanatik dengan teori ini dan menganggap kita semua sudah ditipu oleh pakar sains hahaha. Sampai akhirnya sampai di titik bahwa aku hanya sekadar tau kalau di dunia ini kadang ada beberapa informasi yang tidak boleh masyarakat umum mengerti, tujuannya untuk mengontrol umat manusia. Ya, bisa dibilang itu ulah pemerintah aja yang tidak ingin kita sebagai rakyat biasa ini terlalu pintar. Udah, sampai situ aja aku memaknai teori bumi datar.
Kadang percaya seratus persen dengan sebuah teori konspirasi itu juga tidak baik. Alangkah baiknya jika sebuah teori konspirasi itu kita ambil kesimpulannya aja. Apa, sih, kendala dalam teori konspirasi tersebut? Bagaimana harus melawannnya? Kenapa harus dibahas dan dilawan? Mungkin kurang lebih seperti itu.
Sampai pada suatu malam aku tertarik pada sebuah pembahasan tentang salah satu tanda kiamat. Aku sebagai seorang muslim ingin menjelaskan bahwa dalam agamaku, salah satu tanda kiamatnya adalah munculnya Ya’juj dan Ma’juj. Bentuknya seperti apa aku juga tidak tau karena belum membaca secara rinci mengenai itu, tapi ada beberapa ciri-ciri mereka yang membuatku berpikir. Aneh emang, pria berusia 26 tahun bukannya mikir soal kerjaan dan bagaimana agar kerjaannya lancar malah mikir beginian hahaha.
Sempat membaca di beberapa artikel dan mencoba mendengarkan ceramah-ceramah dari beberapa Ustadz yang ada di YouTube, Ya’juj dan Ma’juj ini memiliki sifat yang menurutku hampir mirip dengan apa yang kita lakukan sekarang. Pertama, mereka adalah kaum yang keras, kasar, dan biadab. Mengapa aku bilang poin ini mirip dengan kita? Coba perhatikan baik-baik orang-orang di sekeliling kalian, apakah orang-orang yang memiliki sifat keras, kasar, dan biadab itu sedikit? Sayangnya tidak. Akui saja kadang ada teman kita yang memiliki sifat itu, atau bahkan kita sendiri tanpa kita tau.
Ada juga ciri-ciri yang lain seperti sombong, suka berperang, dan merusak. Bukankah hal-hal seperti itu familiar dengan kita? Maksudnya, kalau kita sering membaca berita, baik berita dalam negeri atau luar negeri, pasti ada saja berita tentang hal-hal tersebut. Misal sifat sombong. Bukankah selama ini masih ada saja manusia yang sifatnya sombong sekali? Mengutip dari Buya Hamka, “manusia itu diciptakan dari tanah, makan hasil tanah, berdiri di atas tanah, dan akan kembali ke tanah. Tapi kenapa masih bersifat langit?” Bukankah itu suatu teguran karena kesombongan kita sebagai manusia?
Suka berperang. Ini poin yang menurutku ngeri kalau dibahas. Karena semenjak ada batas negara dan hal-hal lainnya yang menyangkut sebuah kekuasaan, kadang perang ini adalah solusinya. Seperti beberapa negara yang sampai hari ini masih berperang, masyarakat yang tidak terima tanah adatnya dicaplok para petinggi kekuasaan dan akhirnya berperang, dan lain sebagainya. Bukankah itu sangat sesuai dengan keadaan kita sekarang?
Terakhir, merusak. Kalian sadar atau tidak bahwa karena ketamakan kita, bisa saja kita ini disebut perusak. Limbah-limbah pabrik yang mencemari sungai dan alam sekitar, tempat yang dijadikan perang antar dua negara, kelompok, atau pun suku juga rusak setelah peperangan terjadi, dan contoh-contoh lain yang mungkin kalian bisa cari sendiri. Sangat sesuai dengan keadaan kita saat ini, kan?
Pertanyaan ini terus muncul di kepalaku gara-gara menontoni ceramah Ustadz-ustadz di YouTube hahaha. Tidak apa-apa, sekalian jadi bahan renungan saja. Jika munculnya Ya’juj dan Ma’juj ini adalah tanda-tanda kiamat, apakah mereka itu sekarang sudah ada dan menjelma sebagai manusia? Atau jangan-jangan kita sebagai manusia inilah yang ternyata Ya’juj Ma’juj itu sendiri?
Oke, mungkin segini saja. Takutnya kalau semakin dibahas makin kelihatan sok pinter karena ini cuma asumsi tanpa dasar yang jelas hahahaa. Danang yang tiba-tiba berpikir kritis seperti ini harus dipertanyakan akal pikirannya hahaha.
Komentar
Posting Komentar