SIAPA YANG PANTAS?
Halah, percuma saya menyapa kalian yang tidak sengaja membaca ini dengan pembukaan "Bagaimana kabarnya? Saya harap kalian baik-baik saja" karena sesungguhnya tidak ada yang benar-benar membaca tulisan saya ini. Saya pikir tidak ada orang yang terlintas kepikiran "Eh, baca tulisan di blog sanlaiglemon kelihatannya bukan iden yang buruk". Meski mereka teman saya sendiri. Tapi, tidak apa-apa hahaha. Maaf, malah mencurahkan segala isi hati.
Kita langsung saja ke intinya, yaitu sesuai judul, siapa yang pantas? Dalam hal ini yang saya maksudkan adalah siapa yang pantas mendapatkan bantuan pendidikan berupa beasiswa atau bidikmisi. Saya tidak setuju dengan program tersebut karena program tersebut mewajibkan siswa atau mahasiswa yang mendapatkannya harus pintar. Bukan berarti saya mau mengambilnya jika syaratnya tidak harus pintar, tapi apa memang semua yang pintar membutuhkan fasilitas ini? Menurut saya tidak semua.
Memaksakan siswa atau mahasiswa yang mendapatkan fasilitas ini untuk pintar terlebih dahulu dan mendapatkan nilai yang stabil hingga lulus itu tidak baik menurut saya. Apalagi bagi orang-orang yang memang butuh. Bagaimana jika orang yang seharusnya membutuhkan fasilitas tersebut tidak bisa mendapatkannya karena dia tidak pintar? Apa kekurangannya secara ekonomi tidak cukup?
Begini saja, saya beri contoh. Saya pernah bertemu seorang anak SMP (pada waktu itu saya masih kuliah) yang berjualan sate hingga jam 1 pagi. Dia melakukan itu agar dia dan adiknya bisa bersekolah. Lalu, apa yang orang tua mereka lakukan sampai dia harus berjualan sate? Jawabannya sama, kedua orang tuanya juga berjualan sate hingga jam 1 pagi. Ketika saya tanya kenapa tidak menggunakan beasiswa saja agar biaya pendidikannya bisa terjamin, jawabannya membuat saya sedih. Fasilitas seperti itu hanya bisa didapatkan oleh murid yang pintar. Setelah saya pikir, benar juga, bagaimana anak ini bisa pintar jika dia berjualan sate dari sore hingga jam 1 pagi? Kapan waktu dia untuk belajar?
Menurut saya syarat harus pintar itu terlalu membebani. Bukankah fasilitas seperti beasiswa atau bidikmisi seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat yang tidak mampu jadi lebih cerdas? Jika syaratnya harus pintar, saya tidak setuju. Sangat tidak setuju. Banyak orang di luar sana yang kesusahan untuk membeli bolpoin dan sepatu sehingga terpaksa harus bekerja yang membuat mereka tidak bisa belajar. Tujuan dari fasilitas ini harusnya membantu mereka menjadi pintar dan cerdas. Harus diulangi karena memang itu adalah hal yang ingin saya sampaikan.
Semisal ada yang tidak setuju dengan saya ya silahkan. Toh, itu cuma opini saya saja.
Komentar
Posting Komentar