Stand-Up For Fun
Halo, teman-teman. Bagaimana kabarnya? Saya harap
kalian semua yang membaca tulisan ini maupun yang tidak sedang dalam keadaan
yang baik-baik saja. Sudah lama tidak menulis, sudah lama tidak menuangkan apa
yang ada di otak, sudah lama tidak membagikannya ke orang lain, jadi mohon izin
untuk bercerita ya. Anggap aja ini sharing, saling berbagi pikiran. Karena bisa
juga kalian menanggapi di kolom komentar. Baru kali ini saya minta izin hahaha.
Ya, gimana ya, takutnya apa yang saya bahas ini ada yang tidak setuju. Tapi, ya
udahlah ya. Saya bukan mau sok tau atau sok menggurui, sharing aja.
Sekarang sedang tayang di Kompas TV ajang atau
sebuah lomba Stand-Up Comedy yang season 10 atau yang dikenal SUCI X. Nah, saya
ikut audisinya pada waktu itu. Sebenarnya saya tidak berharap bahwa saya
bakalan lolos karena saya punya target sendiri. Target saya pada waktu itu
adalah tidak di-cut oleh juri audisi yang pada saat itu adalah Bang David dan
Bang Awwe. Kenapa? Karena sebelumnya, di SUCI IX saya juga ikutan audisinya,
tapi yang offline karena belum terkena pandemi. Waktu itu saya di-cut oleh Bang
Awwe. Jadi, gitulah alasan saya tidak mau di-cut waktu audisi.
Senangnya adalah ketika apa yang saya harapkan itu
tercapai. Saya tidak di-cut atau diberhentikan secara paksa oleh juri. Seneng
banget, dong. Tekanan ketika di atas panggung aja bisa bikin beberapa orang
nge-blank alias lupa materi, tapi saya masih bisa bertahan. Minimal orang-orang
denger saya Stand-Up sampai selesai lah. Itu pikiran saya sebelum pulang.
Meski senang, ada sedih yang saya rasakan ketika
berada di ruang audisi. Saya merasa sedih karena ada beberapa teman saya yang
gagal dalam audisi itu. Ya, saya juga gagal walaupun saya tidak kena cut. Tapi,
mereka yang gagal ini gara-gara nge-blank dan di-cut oleh juri. Perlahan, saya
yang awalnya senang jadi terbawa emosi teman-teman saya yang sedih. Saya jadi
memposisikan diri menjadi mereka yang gagal.
Teman-teman saya yang gagal karena nge-blank dan
di-cut ini terlihat sangat frustasi. Mereka sempat beberapa kali bilang bahwa
sudah bertahun-tahun Stand-Up, tapi karir masih stuck di situ-situ aja. Mereka
merasa gagal menjadi seorang komika.
Gara-gara omongan itu, saya jadi kepikiran. Bahkan
ketika sudah tiba di rumah, sudah berhari-hari lewat, masih saja kepikiran.
Kenapa karir Stand-Up cuma segini aja? Apa pensiun aja dari Stand-Up karena
sudah delapan tahun belajar Stand-Up di komunitas? Kenapa si A bisa cepet
banget suksesnya dari saya yang lebih lama belajar Stand-Up? Begitu terus,
berulang-ulang.
Tapi, di sisi lain ada beberapa hal yang membuat
saya tidak bisa pergi dari Stand-Up. Salah satunya adalah cinta dan suka. Saya
cinta dan suka dengan kesenian ini memang karena saya tidak punya bakat yang
lain. Saya tidak jago bermain peran, saya tidak bisa bermain alat musik, saya
tidak jago dalam olahraga. Cuma Stand-Up yang saya bisa. Aslinya saya ini
pecundang aja yang mungkin getol banget sama Stand-Up makanya jadi bisa.
Stand-Up ini udah menjadi pelarian saya ketika lagi pusing mikir hidup. Saya
merasa otak saya perlu hiburan dan hiburannya adalah Stand-Up, entah jadi
penampil atau hanya sekedar nonton aja.
Tujuan saya di Stand-Up ini cuma pengen Standupindo
Madiun dikenal banyak orang dan caranya adalah dengan masuk TV. Ya, mungkin
dengan cara itu orang-orang di sekitar aware kalau Standupindo Madiun itu ada
atau masih ada sampai sekarang. Saya tidak mau komunitas saya mati entah
bagaimana caranya. Walaupun ujung-ujungnya capek juga hahaha.
Kalau ditanya apa tujuan awal saya gabung komunitas
sudah jelas karena pengen terlihat keren. Karena pada waktu itu menurut saya
orang yang bisa Stand-Up adalah orang yang keren. Dan gara-gara tujuan itu saya
malah tidak bisa membuat materi yang lucu. Akhirnya saya merubah tujuan saya,
yaitu bisa membuat orang lain tertawa dengan apa yang saya bicarakan. Dan ya,
memang tujuan itu yang membuat saya berhasil membuat sebuah materi yang mampu
membuat orang tertawa.
Saya pikir, saya boleh saja frustasi karena gagal
dalam audisi, tapi saya tidak boleh berlarut-larut karena harusnya Stand-Up ini
menghibur saya. Saya juga harus mengedepankan tujuan saya ketika masih baru
menjadi komika, yaitu membuat orang tertawa. Karena tawa orang adalah booster
bagi para komika.
Kalau dipikir-pikir, memang harusnya Stand-Up
semenyenangkan itu. Beban yang dipikul cuma bagaimana cara membuat orang yang
menonton tertawa saat mendengarkan materi yang kita sampaikan. Jadi, untuk
teman-temanku sesama komika, jangan berkecil hati jikalau tiada hasil.
Kembalilah ke tujuan awalmu, yaitu ingin membuat orang tertawa dengan cerita konyolmu.
Teruslah buat orang lain tertawa ketika kamu sedang berada di atas panggung
karena kamu memang seorang penghibur. Ayo, kembali meluruskan tujuan bahwa
Stand-Up for fun itu penting untuk melepas penatmu.
Komentar
Posting Komentar