KETAKUTAN

Ketakutan. Aku yakin setiap orang punya ketakutan, termasuk ketakutan dalam menjalani hidup. Tidak mengelak, aku juga punya ketakutan tentang menjalani kehidupan. Menurutku beberapa ketakutan ini seperti bom waktu yang bisa saja sewaktu-waktu meledak dan membuatku jadi linglung untuk menghadapi dunia. Kelihatan aneh mungkin bagi beberapa orang karena banyak yang melihat bahwa aku orangnya riang gembira. Padahal tidak setiap waktu. Tapi semisal teman-temanku ada yang membaca ini, mohon dimaklumi dan anggap saja aku sedang curhat.

Bagi beberapa temanku, cukup aneh kalau aku tidak punya pacar. Bahkan saat aku menceritakan sebuah kebenaran, yaitu tentang kejombloanku yang sudah masuk tahun kedelapan. Mungkin juga banyak yang belum tau kalau selama menjalani hidup ini, mantanku cuma dua. Setelah itu? Tidak ada. Beneran tidak ada.

Banyak yang ngira kalau aku tidak pernah mencari, padahal dulu aktif sekali mencari, tapi selalu gagal. Sekarang sebenarnya kadang iseng-iseng aja, tapi ketauan akan gagal dari beberapa pengalaman sebelumnya, jadi lebih baik mundur teratur. Entah mengapa banyak yang menyayangkan hal itu. Kata beberapa orang sebaiknya aku terus aja menerjang badai. Tapi buat apa kalau tau bakal masuk angin di akhir, kan?

Menurutku ada beberapa faktor yang mungkin menjadi pertimbangan untuk menolak. Mungkin karena aku jelek dan miskin. Udah, dua faktor ini menurutku sangat kuat. Karena memang beneran tidak punya apa-apa. Dua faktor tersebut harusnya bisa aku kejar kalau sekarang aku sudah bekerja. Gaji yang dihasilkan dari bekerja mungkin bisa dipakai untuk meragati penampilanku yang terlalu apa adanya.

Tapi bekerja juga tidak gampang. Sudah pernah bekerja dua kali. Pertama dikeluarkan dan yang kedua mengundurkan diri. Sekarang sebenarnya pengen banget dapet pekerjaan, cuma ya takut aja pekerjaan yang didapatkan nantinya membuatku jauh dari kegiatan bersenang-senangku, standup. Pemikiran yang sangat childish sekali, kan? Padahal sudah menjadi kewajiban untuk bekerja mencari uang, kok bisa masih mikirin standup?

Bagi sebagian orang mungkin standup ini cuma melucu di depan umum aja. Tapi tidak bagiku. Standup ini sudah seperti mata air di tengah gurun pasir yang tandus. Karena standup bisa membuat aku mengeluarkan uneg-uneg yang ada di kepala, yang aku jumpai setiap hari, dll. Semua dikeluarkan dengan lucu sebagai bonusnya. Padahal tidak ada hasilnya (duit) tapi masih saja dilakoni. Emang goblok dan bebal aja. Jika tidak ada standup juga bingung nanti bakalan gimana. Karena standup udah aku anggap sebagai hiburanku ketika lelah.

Bagaimana jika komunitas Standupindo Madiun, tempatku standup, bubar/vakum/mati? Ini ketakutan terakhir. Karena komunitas ini sudah memberikan segalanya yang aku perlukan dalam hidup. Seperti belajar public speaking, caranya berkomedi, caranya menulis, caranya mengelola sebuah acara, caranya melakukan negosiasi dengan orang yang ingin menanggap standup, dll. Semua sudah diberikan. Justru sampai sekarang masih merasa bersalah karena belum bisa kasih apa-apa ke komunitas. Masuk kompetisi TV misalnya.

Semoga semua ketakutan ini segera ketemu jawabannya. Pilihan cuma bisa ambil satu dari dua opsi yang disediakan. Bersenang-senang tanpa hasil, atau sengsara berpenghasilan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA JANGAN-JANGAN...

NRIMO ING PANDUM ALA THE JEBLOGS

Pencapaian Tahun Kemarin