Nganggur

Tidak menyangka bahwa tahun ini bisa nulis banyak juga ya hahaha. Lumayanlah blognya jadi ada isinya. Sudah tidak pernah sambat seperti tulisan-tulisan dulu yang selalu menanyakan kemana semua orang dan kenapa tidak membaca tulisan di blog ini. Semakin dewasa seperti sekarang, semakin menyadari bahwa buat apa coba jadi pusat perhatian dunia? Ya udah, biar ngalir aja. Kalau suka nulis ya nulis aja, nggak usah bawa ekspektasi bakalan dibaca oleh banyak orang. Toh, setelah dibaca berkali-kali tulisan yang sering saya buat ini nggak bagus-bagus amat hahaha. Lah, malah cerita soal tulisan.

Tapi, sebenernya jadi sering nulis kayak gini itu buat ngisi waktu luang karena nganggur dan numpahin uneg-uneg aja gitu. Sebelum nulis sebanyak sekarang atau akhir-akhir ini juga sebenernya banyak waktu luang cuma nggak kepikiran aja buat nulis. Setelah dipakai buat nulis ini ternyata ada rasa lega, meski cuma dikit. Kelihatannya ada benernya juga kalau nulis bisa jadi salah satu cara buat bikin emosi reda.

Oke, bahasannya ganti soal nganggur aja ya. Nganggur di sini bukan berarti saya banyak waktu luang gitu. Emang banyak waktu luang, cuma nganggur di sini itu artinya beneran nganggur alias saya ini pengangguran. Bukan berarti saya belum pernah bekerja. Saya sudah punya beberapa pengalaman bekerja setelah lulus dari kuliah. Btw, saya ini dulu masuk jurusan Komputer Akuntansi dan saya belum pernah bekerja di bidang yang ada akuntansinya hahaha.

Pertama kali lulus saya ditawari kakak saya buat jadi tukang entri data buat perusahannya. Bisa dibilang itu cuma buat sampingan gitu. Karena dapetnya nggak banyak juga. Harus ngisi 500 data buat dapet 100ribu rupiah. Waktu itu bener-bener bisa bikin saya jajan di mana-mana hahaha. Sombong sekali. Meski pun penghasilannya sedikit, lumayanlah buat ngisi CV.

Setelah itu saya keterima kerja sebagai seorang sales handphone. Tidak mau sebut merk karena takut menyinggung. Saya bekerja sebagai sales handphone ini awalnya kesulitan karena susah sekali meyakinkan orang untuk membeli brand yang sudah mempekerjakan saya ini. Seiring berjalannya waktu, ternyata saya tau celahnya. Seharusnya seorang sales tidak boleh memaksa user (sebutan untuk orang yang akan membeli) untuk segera deal dengan sebuah handphone. Jadi, memang harus sabar dan ikuti alur yang mereka (user) mau.

Ada beberapa user yang sambat ke saya katanya kalau bukan saya yang mendampingi, mereka seperti dipaksa untuk cepat-cepat dan malah terburu-buru dalam memilih barang. Mereka bilang kalau saya ini malah nungguin mereka buat nyoba, tanya-tanya, menjelaskan perbandingan dengan seri lain mudah dipahami. Saya waktu dibilang seperti itu jadi besar kepala hahaha. Padahal saya cuma ngikutin mereka aja maunya gimana dan menyarankan seri apa yang sebaiknya dibeli dengan sambatan mereka mengenai handphone yang mereka gunakan.

Sebenarnya tidak ada yang salah. Beberapa teman saya yang sales buru-buru karena mereka punya target yang harus dipenuhi, mereka juga harus cepat melayani user agar tidak terlalu banyak user yang menumpuk di toko. Jadi, harap dimaklumi karena ya nggak semuanya itu buruk, kan?

Saya bekerja sebagai sales handphone tersebut cuma satu setengah bulan aja. Alias belum sampai dua bulan saya tidak bekerja lagi sebagai sales handphone. Kalau ditanya kenapa, saya cuma bisa menjawab bahwa ada ketidakcocokan dan membuat saya harus keluar. Tidak terjadi masalah yang besar karena sebenarnya itu juga bukan sebuah masalah.

Setelah menjadi sales handphone, cuma berselang setengah bulan saja saya sudah mendapatkan pekerjaan baru. Saya menjadi seorang penulis berita di salah satu portal berita lokal. Saya merasa bahwa pekerjaan tersebut sepertinya cocok dengan saya karena saya sendiri suka menulis. Jadi, saya tinggal belajar bagaimana caranya menulis dengan gaya berita yang baik dan benar.

Waktu pertama kali diterima, saya harus melakukan pelatihan untuk menulis sebuah berita yang bisa diakses di internet selama satu minggu. Saya bersama penulis lain diajari bagaimana caranya menulis tetap menggunakan EYD, tapi tetap terlihat santai dan tidak terlihat kaku. Tidak cuma itu, kami semua yang mengikuti pelatihan juga diajari bagaimana cara membuat judul agar orang tertarik untuk membaca, memilih kata yang sering dicari di google, dan lain sebagainya.

Saya bekerja di sana selama enam bulan kalau tidak salah. Selama bekerja sebagai penulis saya mempelajari banyak hal. Seperti bagaimana cara menarik simpati masyarakat dalam membaca berita, bagaimana memilih topik yang sesuai dengan keinginan pembaca, bagaimana mengolah sebuah berita tentang sesuatu yang baru terjadi, dan bagaimana membuat pembaca membaca berita sampai akhir.

Saya keluar dari portal berita tersebut karena merasa bahwa tulisan saya tidak banyak yang baca. Saya dibayar sesuai dengan jumlah pembaca yang membaca semua tulisan saya. Jadi, paham lah ya hahaha. Danang yang dulu ego atau idealisnya terlalu tinggi, sok-sokan edgy dengan bikin tulisan yang beda, tapi begitu nggak sesuai harapan malah nyalahin pasar. Ya begitulah Danang yang dulu. Padahal kalau tunduk sama pasar juga tidak apa-apa.

Setelah tidak bekerja sebagai penulis, saya pikir mencari pekerjaan itu gampang. Ternyata sulit sekali, man-teman. Saya sempat berpikir seperti itu karena saya mendapat pekerjaan tidak perlu menunggu waktu yang lama pada waktu itu. Tapi, semua pikiran saya tentang mencari pekerjaan itu gampang langsung terbantahkan setelah itu. Saya menjadi pengangguran yang beneran nganggur tidak ngapa-ngapain selama satu setengah tahun (dihitung sampai saya menulis tulisan ini). Itu waktu yang lama lo.

Selama saya nganggur ini saya ngisi waktu luang dengan beberapa hal seperti standup (tapi ini dari sekolah juga sudah dilakuin), nulis kayak gini, ngeband, dan jadi reseller sebuah produk makanan, yaitu ricegood. Ricegood ini tempatnya ada di Pilangbango, Kota Madiun. Karena tempatnya kurang menjamah ke tempat-tempat ramai seperti Manisrejo, saya ditugaskan buat jualan di sana. Biar nggak kelihatan nganggur-nganggur banget lah ya hahaha.

Sempet kepikiran bagaimana bisa saya nganggur selama itu? Apa yang salah? Kelihatannya tidak ada. Tapi, semakin ke sini ada beberapa kemungkinan yang kelihatannya berpengaruh dalam hidup saya, terutama untuk mencari pekerjaan. Pertama, interview itu susah. Interview adalah proses wawancara calon pekerja dengan orang yang sudah bekerja di sana. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan sesuai dengan berkas yang kita berikan dan kita harus menjawab pertanyaan tersebut.

Mungkin beberapa dari kalian ada yang merasa bahwa proses interview ini adalah hal yang tidak begitu sulit bahkan mudah. Tidak berlaku bagi saya. Saya merasa sulit dalam interview karena mungkin jawaban saya tidak sesuai dengan keinginan mereka. Ini cuma opini bodoh saya, jadi jangan terlalu dianggap serius apalagi membenarkan. Mereka ingin mencari calon pekerja yang jawaban saat interview sesuai dengan keinginan  mereka. Sedangkan saya banyak beberapa pertanyaan yang tidak bisa saya jawab “Ya” karena beberapa alasan.

Lamanya saya menganggur ini juga membuat saya harus menggunakan beberapa aplikasi pencari pekerjaan. Saya baru menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut tiga bulan terakhir. Luar biasa, sangat gapet sekali saya ini hahaha. Saya dulu mikirnya mana ada orang yang cari pekerjaan lewat aplikasi di kota sekecil ini gitu. La kok pikiran saya itu yang salah. Selama ini saya nyari pekerjaan di info loker yang ada di Instagram hahaha. Betapa bodohnya saya.

Kemungkinan terakhir saya nganggur sangat lama ini mungkin karena aktivitas atau kelakuan saya di media sosial. Saya pernah beberapa kali melamar pekerjaan (termasuk mencoba CPNS) dan disuruh untuk mencantumkan alamat atau username media sosial. Nah, mungkin emang mereka itu beneran memantau aktivitas atau kelakuan kita di media sosial. Gara-gara itu saya jadi kepikiran karena isi media sosial saya aneh-aneh hahaha. Seperti Twitter saya yang banyak sekali sambatan serta opini ramahsok berkeliaran dan Instagram yang banyak juga reels tidak masuk akalnya.

Makin ke sini makin gimana gitu kalau mau upload ke media sosial karena beneran takut kalau itu jadi salah satu penyebab saya selalu gagal dalam melamar pekerjaan hahaa. Ya tidak semua nyuruh buat nyantumin akun media sosial, cuma kepikiran aja. Semoga nggak ya hahaha. Kalau beneran dicek harusnya saat interview ditanya, “Apa maksud kamu membela X di Twitter? Tipikal pemberontak ya kamu? Jawab!” Hahahaha.

Ya udah, sekian aja tulisan kali ini. Mungkin ini akan menjadi tulisan terpanjang yang pernah saya tulis karena isinya pure uneg-uneg. Siapa tau juga dari tulisan yang ada di blog ini bisa dijadiin materi standup hahaha. Kan lumayan ya. Oke, cukup sekian, sampai bertemu di tulisan berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA JANGAN-JANGAN...

NRIMO ING PANDUM ALA THE JEBLOGS

Pencapaian Tahun Kemarin