Legenda Urban
Awal pertama saya mengikuti atau masuk dalam dunia Stand-Up Comedy ini karena ingin terlihat keren. Bisa melawak di atas panggung, lawakannya berisi dan berbobot, sampai membuat orang-orang takjub melihat saya. Itu awalnya. Karena seiring dengan saya yang terus bergelut dengan dunia Stand-Up Comedy ini membuat tujuan saya berubah. Sekarang murni ingin menghibur dari apa yang saya rasakan. Weh, bijak sekali.
Asal kalian tahu, saya ini sudah berkecimpung selama
sembilan tahun. Selama itu dan belum ada prestasi yang saya raih saat ini.
Sudah tau bahwa tidak nihil gelar, tapi masih saja melakoni. Idealisme saya
memang terlalu tinggi sampai lupa kalau hal-hal yang saya kejar ini mustahil.
Hahaha.
Saya merasa kalau saya ini bukanlah apa-apa. Karena
komunitas saya yang juga tidak bisa dibilang bagus dibanding komunitas lain di
regional Jawa Timur. Komunitas saya ini hanya menang dalam hal ngeyel aja,
kalau lucu belum tentu. Saya juga merawat komunitas saya ini agar tidak mati,
tidak seperti komunitas lain yang sudah menentukan target dan harus seperti apa
orang-orang di dalamnya. Komunitas saya bisa berlatih dan diberi kesempatan
buat mengurusi pertunjukkan tunggal dari beberapa komika besar saja sudah
senang.
Saya benar-benar merasa bahwa saya ini bukan
siapa-siapa karena banyak sekali orang-orang yang dulunya berangkat bersama
dengan saya sekarang sudah berada di posisi yang berbeda. Akan saya sebutkan
namanya. Pertama ada Mas Nopek. Beliau sekali meledak langsung menimbulkan
ledakan yang luar biasa besarnya dan tidak berhenti. Mungkin, bisa dibilang Mas
Nopek ini adalah salah satu pangeran komedinya Jawa Timur. Setelah itu ada
temanku bernama Fajri. Dia ini dulu berawal dari komunitas yang kondisinya
mirip dengan saya. Setelah Fajri memutuskan untuk kuliah di Surabaya dan
bergabung dengan komunitas yang ada di sana, sekarang Fajri adalah singa besar
yang siap menunjukkan taringnya ke khalayak ramai.
Dibandingkan dengan saya yang sama sekali belum
pernah menyentuh pencapaian mereka. Saya cuma komika amatir dan medioker. Tidak
ada pencapaian saya yang sebanding dengan pencapaian mereka. Jauh sekali
rasanya untuk menggapai mereka saat ini. Saya merasa sedang berjalan di suatu
tempat dan tidak berpindah tempat. Mereka berdua melesat jauh meninggal saya
yang cuma jalan di tempat alias buntu.
Hingga akhirnya, entah bagaimana, tiba-tiba nama
saya sudah tersebar luas ke mana-mana. Hampir seluruh komunitas Jawa Timur tahu
nama saya. Saya sendiri juga heran, bagaimana bisa? Apa yang mereka lihat dari
saya? Kenapa nama saya terselip dalam perbincangan mereka? Bukannya mau pamer,
tapi benar-benar membuat saya bingung.
Saya pernah menjumpai seorang komika yang tiba-tiba
mengatakan, “Oh, ini mas Danang yang sering diceritain itu?” Saya sempat
terdiam ketika mendengar itu. Karena saya bingung, apa yang membuat mereka
semua ini harus tahu siapa saya dan seperti apa saya berkomedi? Maksud saya,
ini terlalu tidak logis.
Komentar
Posting Komentar