Bukan Madiun, tapi Madiunchester

Saya berani bilang bahwa Kota Madiun atau daerah Madiun ini, dalam persepakbolaan nasional, bisa disebut sebagai Madiunchester. Ada beberapa alasan, meski pun hampir semua kelihatan memaksa hahaha. Tidak masalah, karena menurut saya pribadi, Madiunchester ini bukan hanya soal klub sepakbola, tapi juga kultur atau budaya terhadap sepakbola. Saya akan berusaha menjelaskan sedikit, jadi kalau ada salah, hal yang terlewat, atau hal-hal lainnya, saya minta maaf.

Madiun, baik di Kota maupun Kabupaten, memiliki beberapa klub sepakbola yang sekarang berada di satu divisi yang sama. Meski pun bukan kasta tertinggi alias kasta paling bawah, setidaknya Madiun patut masuk hitungan untuk menjadi salah satu wilayah dengan kultur sepakbola lokal yang cukup kuat di Indonesia.

Daerah Madiun yang terdiri dari Kabupaten dan Kota ini memiliki tiga klub sepakbola, kalau saya tidak salah ya. Ada PSM Madiun, Madiun Putra, dan juga Persekama Kabupaten Madiun. Ketiga klub ini sekarang berada di kasta paling bawah Liga Indonesia.

Meski begitu, bukan berarti klub Madiun tidak pernah terlibat dalam beberapa hal di kancah nasional. Madiun bisa dibilang kuat dalam kultur sepakbola karena ada salah satu klub Madiun yang berdiri pada zaman kolonial Belanda dan menjadi salah satu pendiri PSSI atau Federasi Sepakbola di Indonesia, yaitu PSM Madiun. Klub ini didirikan pada tahun 1929 dengan nama Madioensche Voetbal Bond dan baru diganti menjadi Perserikatan Sepakbola Madiun pada tahun 1930.

PSM Madiun memiliki andil besar di sepakbola nasional karena menjadi salah satu pendiri PSSI bersama Persija Jakarta, Persib Bandung, PPSM Magelang, Persebaya Surabaya, Persis Solo, dan PSIM Yogyakarta. Hal tersebut membuat PSM Madiun memiliki sebuah hak istimewa karena tujuh klub pendiri PSSI tidak diizinkan untuk mengganti namanya meski pun lisensinya dijual ke investor lain.

Lalu ada Persekama Kabupaten Madiun yang merupakan salah klub dari daerah Madiun juga. Lahir pada tahun 1997, Persekaman dibilang memiliki prestasi yang cukup apik karena pernah bermain di Divisi II yang sekarang seluruh Divisi Liga Indonesia sudah dijadikan satu menjadi Liga 3. Klub dengan julukan Laskar Pangeran Timoer tersebut juga ikut meramaikan khasanah persepakbolaan di Madiun.

Terakhir, klub termuda di Madiun, ada Madiun Putra Football Club atau bisa disebut MPFC/Madiun Putra. Klub ini dulunya merupakan sebuah klub amatir bernama PS Madiun Putra dan pada tahun 2009 melakukan merger dengan salah satu klub di Divisi II asal Bandung, 007 Bandung FC. Madiun Putra sendiri sudah pernah merasakan bermain di kasta kedua Liga Indonesia atau Liga 2 dan sempat dilatih oleh beberapa pelatih ternama seperti Nova Arianto dan Sartono Anwar.

Itu cuma rangkumam kecil mengenai ketiga klub asal Madiun ini karena tidak mungkin saya tuliskan lengkap tentang ketiganya. Tapi, dari situ saya menyimpulkan bahwa sebenarnya Madiun memang memiliki kultur sepakbola yang kuat. Sayangnya, hanya beberapa atau bahkan segelintir orang yang merasakan hal tersebut. Bisa dibilang, sekarang, kultur sepakbola di Madiun hanya digandrungi oleh para pemuda saja.

Banyak sekali gerakan-gerakan pemuda di Madiun untuk menghidupi klub kesayangannya, merawat sejarah dari klub kesayangannya, dll. Hal tersebut dilakukan untuk meraih simpati dari para golongan tua yang ada di Madiun dan mengedukasi orang-orang yang tidak tau soal persepakbolaan di Madiun. Sayangnya, sampai saat ini, minat terhadap persepakbolaan di Madiun masih didominasi para pemudanya saja.

Para pemuda ini terus menggonggong soal sepakbola lewat media apa pun. Media paling gampang memang media sosial. Membuat sebuah akun yang merupakan sebuah media persepakbolaan tentang Madiun atau sebuah akun suporter dari ketiga klub yang ada di Madiun. Tidak hanya itu, media yang sering dipakai untuk mempropagandakan hal ini adalah konser musik. Kadang, beberapa kelompok suporter di Madiun membuat sebuah konser musik bertema sepakbola.

Saya harap gerakan-gerakan seperti itu terus dilakukan agar kultur sepakbola di Madiun bisa terus bertumbuh. Dan, Madiun bisa terus tumbuh dengan kultur sepakbola dan juga musik, agar sah dan resmi disebut Madiunchester karena memang Kota Manchester pun merupakan daerah dengan kultur sepakbola dan musik yang apik di daratan Britania.

Mungkin itu saja omongan dari saya, si paling paham bola di Madiun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA JANGAN-JANGAN...

NRIMO ING PANDUM ALA THE JEBLOGS

Pencapaian Tahun Kemarin