Harus Apa?
Setelah sekian lama tidak menulis, akhirnya ada waktu lagi untuk menulis. Tapi, perasaan semua basa-basi artikel di blog ini gitu terus ya? Hahaha. Maaf, saya cuma penulis amatir yang masih tidak tahu bagaimana cara membuat tulisan menjadi menarik. Kelihatannya percuma juga membuat tulisan yang menarik, la wong yang baca saja tidak ada. Hahaha.
Sekarang lagi ada di fase atau momen yang membuat saya sendiri
bingung harus bagaimana. Sesuai dengan judulnya, sih. Ya situasi ini belum
pernah saya lalui atau pernah alami sebelumnya. Itu yang membuat saya bingung
harus bagaimana dan harus menggunakan langkah seperti apa juga.
Jadi, ceritanya saya suka dengan seseorang karena menurut saya...
Alah, tidak perlu tahu alasannya. Nah, dulu kami sangat aktif chatting dan
saling bertukar cerita. Akhir-akhir ini kelakuannya sedikit berbeda dari
biasanya. Seperti jarang memberi tahu apa yang dikerjakan dan jarang bercerita
tentang apa saja.
Beberapa hari kemudian, saya baru tahu kalau ternyata teman saya yang
dekat dengan saya, karena kita sering nongkrong dan bermain bareng, baru-baru
ini keluar dengan orang yang saya suka. Nah loh, ada apa ini? Mau nanya ke
temen sendiri tapi rasanya seperti tidak pantas. Justru yang bercerita adalah
orang yang suka ini. Dia bilang kalau diajak pergi sama teman saya yang tadi.
Sebenarnya, tidak ada yang salah karena saya dan orang yang saya suka
tadi tidak memiliki hubungan spesial apa-apa. Cuma takutnya, saya sama teman
saya itu menyukai orang yang sama. Tidak salah juga sebenarnya. Cuma, saya
takutnya kalau suatu saat hubungan saya dengan teman saya jadi rusak gara-gara
ini. Saya tidak mau itu terjadi.
Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang? Jika memang benar mereka
ada kedekatan, lebih baik saya yang mundur. “Lah, kalau mundur berarti kamu
kalah, Nang.” Bukan masalah menang atau kalah, kalau saya tetap memaksa untuk
itu, berarti saya egois dan mau menang sendiri. Ya, memang harus ada
perjuangan, tapi kalau perjuangannya harus melawan kawan sendiri saya tidak
bisa. Tidak sanggup dengan kecanggungan yang akan terjadi di tongkrongan, tidak
sanggup ketika tidak saling sapa, dan lebih parahnya hubungan kami rusak.
Mungkin saya memang pengecut. Biarlah, tidak apa. Walaupun berat dan
sakit pastinya, tapi cukup saya saja yang merasakan itu. Hahaha, terlalu bijak
sekali diriku ini ya. Oiya, sampai jumpa di tulisan berikutnya karena saya
bingung harus menulis apa lagi. Bye.
Komentar
Posting Komentar