Buanglah “Support Your Local Bla Bla Bla” pada Tempatnya

Sebenarnya saya sangat kesal ketika melihat orang yang saya kenal lebih memilih untuk menyaksikan sesuatu, entah apa pun itu, di luar dan tidak mendukung pergerakan yang ada di kampung halamannya sendiri. Kesal karena menurut saya, seharusnya orang seperti dia yang berada di luar sana ikut mendukung pergerakan yang ada di kampung halamannya dengan menyebarkannya ke orang-orang di sana. Akan sangat membantu orang-orang yang bergerak dalam bidang apa pun untuk bisa segera keluar dan unjuk gigi.

Itu adalah buah pikiran saya dulu, dulu sekali, sebelum saya menulis artikel ini. Saya dulu inginnya semua orang mendukung apa-apa yang ada di sekitarnya. Seperti saya, semisal sedang bergerak pada bidang Stand-Up Comedy, ya harusnya orang-orang di sekitar saya ikut mendukung agar bisa semakin berkembang. Atau mungkin ke bidang yang lebih luas seperti musik. Karena seorang musisi terkenal dari daerah biasanya juga karena didukung oleh lingkungan yang baik.

Saya dulu memiliki prinsip “Support Your Local Bla Bla Bla” yang menurut saya adalah sebuah ajakan yang bagus. Mendukung berarti ikut mengembangkan. Saya rela pergi untuk menonton beberapa pentas musik, membeli brand fashion hasil dari tangan orang sekitar, dll. Hal-hal seperti itu pasti akan membuat orang-orang di sekitar saya juga akan mendukung saya meski pun berbeda skena.

Tapi, saya justru sakit hati ketika tidak ada timbal balik yang sama. Saya merasa dikhianati oleh orang-orang yang saya dukung, saya merasa dikhianati oleh selogan yang saya elu-elukan itu. Saya sudah merasa bahwa saya mendukung mereka dengan total, tapi kenapa tidak ada balasan yang sama? Saya terus menggerutu dan bahkan memutuskan berhenti untuk tidak menggunakan pemikiran yang menurut saya bodoh seperti itu.

Semakin ke sini, saya semakin sadar dan pemikiran saya lebih terbuka ketika mengobrol dengan salah seorang teman saya. Katanya, “Bentuk support atau dukungan itu bukan berarti harus membeli. Support atau dukungan itu maknanya lebih luas dari itu. Kalau kamu mendukung sesuatu dengan berharap timbal balik, nah, itu yang akan kamu rasakan.”

Pernyataan teman saya ini benar-benar menampar keras pemikiran kolot saya itu. Membuat saya mendapatkan sebuah sudut pandang baru yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Membuat saya mencoba untuk melihat sesuatu dari seberang jalan yang sedang saya tapaki.

Saya merasa bahwa selogan “Support Your Local Bla Bla Bla” harus dilandasi dengan rasa suka dan tidak hanya sekadar mendukung saja. Bagaimana mau memberi dukungan jika tidak ada hal yang disukai. Contohnya, semisal saya suka dengan beberapa musik alternative, maka pastinya saya akan mendukung grup musik dengan aliran alternative dari tempat tinggal saya kalau ada. Memang harus ada landasannya dan tidak asal-asalan mendukung dengan menutup mata tanpa melihat kanan-kiri.

Saya yang awalnya merasa tidak pernah mendapatkan dukungan ketika mengembangkan skill Standup malah merasa mendapatkan banyak sekali dukungan. Saya yang sekarang bisa Standup ini merasa didukung oleh pemilik Coffeeshop tempat saya dan komunitas saya berlatih Standup. Banyak teman saya yang walau pun belum pernah menonton saya Standup malah mengenalkan saya ke banyak orang alias menambah relasi dengan banyak orang lain. Dan banyak hal lain yang saya terima dalam bentuk dukungan.

Saya dan beberapa teman saya, penggiat sepakbola lokal, mendukung sebuah klub sepakbola daerah yang sampai rela kami membayarkan dendanya, mencarikan investor untuk klub tersebut agar bisa tetap eksis, adalah bentuk nyata bentuk dukungan yang memiliki rasa. Kami merasa bahwa klub tersebut layak diperjuangkan karena sudah berhasil membawa nama daerah kami ke luar sana. Tidak semata asal mendukung dan ikut arus.

Oleh sebab itu, buang “Support Your Local Bla Bla Bla” yang tidak berlandaskan apa-apa pada tempatnya. Mendukung memang harus dilandasi suka terlebih dahulu. Dan satu hal lagi yang penting, jangan melihat sebuah dukungan dalam bentuk nilai karena justru bentuk dukungan yang sesungguhnya itu tidak bernilai dan bentuknya ada berbagai macam.

Mungkin itu saja yang bisa saya tuliskan di artikel saya yang baru ini. Saya takut dikomen, “Beropini buat apa to, Le?”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA JANGAN-JANGAN...

NRIMO ING PANDUM ALA THE JEBLOGS

Pencapaian Tahun Kemarin