Kenapa Antrian Pertalite Panjang?
Saya pernah menulis sebuah artikel berjudul “Motorku Watuk nek Diombeni Pertalite” atau yang dalam bahasa Indonesia berarti “Motor Saya Batuk Kalau Diberi Minum Pertalite.” Saya mengunggah tulisan tersebut di blog ini pada tanggal 16 Juni 2022 silam.
Waktu itu
saya menceritakan apa yang saya alami ketika saya beralih dari bensin Pertamax
ke bensin Pertalite. Nah, tulisan kali ini pun masih ada sangkut pautnya dengan
tulisan tersebut. Tapi, tenang, tidak perlu membaca tulisan tersebut dahulu
untuk mengerti tulisan yang ini. Tulisan kali ini cuma mau ngasih opini, meski
pun opininya adalah opini ra mashok!
Seperti
tulisan saya sebelumnya, saya menceritakan bahwa saya harus mengganti bensin
dari Pertamax ke Pertalite. Ada beberapa hal yang mengganjal ketika sudah
hampir satu tahun ini menggunakan Pertalite. Bukan karena kualitasnya, karena
saya juga nggak ngerti-ngerti amat soal itu, tapi lebih ke antrian panjangnya.
Seperti yang
kita tau, antrian Pertalite ini memang panjang karena harganya yang terjangkau,
baik sebelum harga bensin naik maupun sebelum. Tapi, semenjak harga bensin
naik, orang-orang seperti keluarga saya yang ekonominya berada di tengah, yang
kalau dibilang kaya tidak dan dibilang miskin iya, banyak yang pindah haluan ke
Pertalite. Antrian Pertalite yang sebelumnya sudah panjang, sekarang jadi
tambah panjang lagi.
Anehnya,
saya tidak tau di tempat kalian seperti apa, seluruh SPBU di Madiun hanya
membuka satu antrian untuk pengisian Pertalite jalur subsidi. Jelas memakan
waktu karena antriannya benar-benar panjang. Antrian Pertalite ini kadang
sampai di luar SPBU. Sedangkan antrian motor untuk Pertamax kosong melompong.
Ya paling cuma satu atau dua motor yang ngisi di sana.
Gara-gara
hal tersebut, saya bertanya-tanya, kenapa tidak dibuka dua jalur untuk
pengisian ini? Toh, ketika sudah sampai di antrian kita, kita bisa lo ngomong
mau ngisi Pertalite atau Pertamax. Apa dengan mencampurkan antrian Pertalite
dan Pertamax ini justru membuat pengisian bensin dan antriannya semakin lama?
Saya rasa tidak. Tapi, itu opini saya sebagai orang yang mengisi bensin. Siapa
tau, ada yang kerja di SPBU dan memiliki pendapat atau lebih tau prosedurnya
seperti apa ya bisa dijadikan bahan diskusi.
Tulisan ini
dibuat murni karena cuma uneg-uneg saya aja. Tidak ada tendensi untuk menyerang
suatu pihak. Harus diberi disclaimer seperti ini agar tidak ada yang salah
sangka dan tersinggung, mengingat banyak sekali kasus ketersinggungan di luar
sana. Toh, jangan terlalu diseriusi juga tulisan saya ini. Saya bukan orang
penting yang sudah pasti semua opini saya di blog ini adalah opini ra mashok.
Hong!
Komentar
Posting Komentar