Saint Lucu Mojokerto dan Kegilaan yang Tidak Terlupakan
Sebenarnya sudah lama sekali kejadian-kejadian yang
akan aku sampaikan ini terjadi, kurang lebih hampir sebulan yang lalu. Awalnya
aku ingin sekali memendam kebahagiaan yang aku rasakan ini sendiri, tapi di sisi
lain ada bagian dariku yang ingin membagikan momen bahagia yang aku dapatkan
ketika mengikuti kompetisi Saint Lucu ini ke orang banyak melalui tulisan di
blog ini. Kemungkinan ceritanya akan panjang, jadi jika dirasa tidak bisa
membacanya sampai selesai, sialan kamu.
Aku mengikuti lomba Saint Lucu ini bukan karena
ingin juara, tapi karena beberapa temanku mengikuti kompetisi ini. Jadi,
beberapa temanku yang mengajakku dan membujukku untuk ikut berpartisipasi.
Salah satunya adalah temanku, Fajri. Seorang komika dari Jombang yang mungkin
sekarang namanya sudah lumayan dikenal di Surabaya. Dia bilang ikut kompetisi
seperti ini agar masih terlihat aktif dalam skena Stand-Up Comedy di Jawa
Timur. Dia membujukku dengan kata-katanya sendiri yang intinya kalau aku ikut
dan tidak juara atau tidak memperoleh apa-apa pun tidak masalah karena
tujuannya agar orang-orang yang berkecimpung di dunia Stand-Up Comedy di Jawa
Timur ini tau kalau aku masih ada. Entah mengapa, beberapa kali Fajri
menyemangatiku, pasti aku lakukan, termasuk mengikuti lomba ini.
Membuat vidio berdurasi singkat dan mengunggahnya ke
akun Instagram pribadi serta memilih kota audisi yang akan dituju nantinya.
Tidak ada ekspektasi apa-apa dalam membuat vidio serta saat mengunggahnya ke
Instagram, karena kembali lagi aku cuma ingin berpartisipasi.
Hari pengumuman siapa saja yang lolos dari audisi
online itu bertepatan dengan open mic komunitasku, Standupindo Madiun. Ketika
sudah selesai, sebenarnya aku pesimis aja karena jujur peserta yang lainnya
lebih kreatif ketika disuruh untuk melakukan audisi online. Caraku saja masih
cara lawas yang terlalu Standup banget vidionya. Salah satu teman komunitasku,
Arry, yang saat itu sedang mengikuti evaluasi setelah open mic memberitau kalau
aku lolos ke babak selanjutnya. Sangat tidak menyangka, vidio yang isinya
materi seadanya seperti itu ternyata lolos.
Setiap peserta saat audisi online harus menentukkan
kota yang akan dituju ketika lolos ke tahap berikutnya. Beberapa kota yang
dimaksud adalah Surabaya, Gresik, Jember, Mojokerto, dan Malang. Saat itu aku
memilih Mojokerto karena ada temannya kalau semisal lolos, yaitu Faizal, salah
seorang komika dari Jombang dengan karirnya yang seperti roller coaster. Aku
dan Faizal lolos dan memastikan bisa hadir di Mojokerto tanggal 7 Oktober 2023.
Sehari sebelum ke Mojokerto, aku memutuskan untuk
pergi ke Jombang menemui teman-temanku, anak-anak komunitas Standupindo
Jombang. Sebenarnya tanggal 6 Oktober 2023 mereka mengadakan yang namanya open
mic, tapi karena aku bekerja sampai sore dan baru bisa berangkat malamnya jadi
ketika aku datang open mic-nya sudah selesai. Tapi, memang tujuanku bukan mau
open mic, aku cuma mau naikin mood aja sebelum ke Mojokerto dengan bercanda dan
tertawa ria hahaha.
Selesai open mic, mereka mengajakku untuk makan dan
pergi ke rumah Faizal bersama Panji, Miftah, dan mas Fariz. Kami tertawa-tawa
hingga waktu menunjukkan pukul 4 pagi hahaha. Memang tidak sehat, tapi itu yang
aku cari. Bangun pagi sekitar jam 9 pagi, Faizal memulai kegiatan dengan
memukuli samsak tinju yang ada di ruang tamu rumahnya. Entah bagaimana konsep
rumahnya, yang pasti di ruang tamunya ada foto Bruce Lee dan samsak tinju. Aku
tidak berbohong soal ini.
Menjelang keberangkatan ke Mojokerto, kami ngobrol
terus sampai sore yang ditemani oleh komika wonder kid dari Jombang, Lukman.
Beberapa teman Jombang lain menyusul ke rumah Faizal, seperti Mbak Riska,
Fajri, Mas Fariz, dan Miftah. Kami memutuskan berangkat ke Mojokerto sekitar
jam 4 hampir setengah 5 sore. Padahal para peserta disuruh untuk datang ke
venue jam 5 sore untuk briefing. Dikejar waktu memang passion kami.
Setibanya di venue, bertemu dengan beberapa
kawan-kawan komika lain dari Mojokerto, Pasuruan, Kediri, dan Tulungagung. Aku
tidak terlalu akrab dengan mereka kecuali dengan Dado, Jagi, dan Fian dari
Kediri karena memang sebelumnya kami sempat saling bertemu dan bahkan saling
mendatangi kota masing-masing. Ngobrol sebentar dan akhirnya briefing
dilakukan.
Setelah briefing, beberapa komika tampak serius
berkomat-kamit menghafalkan atau membadani materinya. Melihat pemandangan yang
membuatku tidak enak, aku memutuskan untuk keluar membadani materi sekali aja
dan dilanjutkan berbincang-bincang bersama Dado, Jagi, dan Faizal. Sampai
akhirnya kembali lagi ke dalam venue karena acaranya sudah dimulai.
Satu per satu komika maju meski pun urutannya acak
dan tidak tertebak karena MC pada hari itu, mas Bibir dan mas Karjo benar-benar
mengacak urutan tampil. Ada beberapa penampilan yang aku soroti, seperti Jagi,
temanku dari Kediri, tampil dengan sangat baik. Membahas perkuliahannya dan
ayahnya yang seorang tentara tapi bagian administrasi. Membuat penonton paham
akan tugas ayahnya dan terhibur dengan kelucuan yang hadir dari ceritanya.
Berikutnya Dado, yang membahas mantannya yang jelek banget. Sayang sekali
penampilannya kurang oke pada waktu itu. Mungkin beberapa penonton Mojokerto
kaget dengan apa yang disampaikan oleh Dado ini. Ya, aku berharap Dado bisa
belajar dari penampilannya waktu itu dengan memperhalus opening-nya agar
penonton bisa menerima ceritanya yang bisa dibilang jahat banget hahaha.
Aku dan Faizal masih terus menunggu waktu tampil,
karena kami percaya kalau kami akan ditaruh di tengah. Ya, memang kami ini
lucunya pas-pasan. Aku yakin seperti itu juga karena tau ada beberapa komika
yang pernah aku lihat sebelumnya pecah banget. Seperti Resty dari Mojokerto
yang punya keresahan tentang cacat di matanya. Dia cuma punya mata satu aja.
Dia bilang kalau dia jelmaan Dajjal aja lucu banget. Bagaiamana caranya
mengalahkan orang seperti itu kalau dia yang malah ditaruh di tengah bukan di
akhir? Lalu, ada mas Iksan dari Pasuruan. Keresahannya menjadi seorang bapak
yang jelek juga lucu banget. Sangat-sangat kocak. Aku pernah melihatnya waktu
tampil di Street Laughter Surabaya dan membuat seluruh penonton tertawa dengan
ceritanya yang ngenes.
Ternyata perkiraanku salah. Mas Iksan dan Resty ini
justru tampil di urutan tengah dari 15 peserta yang ada. Anjing! Bagaimana
menetralkan suasana kalau mereka aja udah meluluhlantahkan penonton? Faklah,
semakin merinding dan ketakutan aku melihat situasi yang ada di depan mataku.
Penonton seperti tidak mau move on dari penampilan mereka berdua yang membuat
komika yang tampil setelah mereka jatuh berguguran.
Akhirnya,giliranku tiba. Aku tampil di urutan nomor
12 atau 13, aku lupa. Membawakan materi yang sudah mateng dengan apa adanya
aja. Tujuanku bukan untuk juara, cuma ingin menghibur. Ada penonton yang
terhibur aja sudah senang aku hahaha. Membawakan materi yang mengenalkan Madiun
tentang Pencak Silat, di Madiun ada replika Merlion dan Kakbah, Satpol PP di
Madiun yang pernah melakukan grebekan di kebon-kebon, dan terakhir membahas
pengamtanku soal konten horor di youtube. Ternyata materiku ter-deliver dengan
baik dan penonton juga tampaknya terhibur. Senangnya bukan main. Itu juga
karena banyak dukungan yang mengarah kepadaku. Banyak teman-teman Mojokerto dan
Jombang yang hadir untuk menyaksikanku saja sudah seperti support yang luar
biasa. Ditambah kedatangan Iqbal, juniorku yang kuliah di Malang, jauh-jauh ke
Mojokerto untuk menontonku, serta dilihat oleh salah satu panutanku ketika
beliau masih aktif standup di Madiun, mas Sofyan. Terima kasih banyak
dukungannya.
Setelah tampil, seluruh peserta akan dikomentari
oleh juri. Jurinya ada mas Dono dan mas Firza Valaza. Sesi komentar ini
bener-bener membuatku merinding dan rasanya pengen sekali nangis karena
terharu. Bagaiaman tidak? Bayangkan, seorang mas Dono, seorang komika yang
sekarang menjadi role model beberpaa komika di Jawa Timur, termasuk aku, bilang
kalau penampilanku bagus dan semisal aku membuat special show, dia mau nonton.
Fak, apa-apaan ini? Seperti sedang bermimpi. Aku benar-benar tidak menyangkan
akan dikomentari seperti itu oleh rock star-ku.
Setelahku, berikutnya Faizal yang menjadi headliner
pada malam itu. Penampilannya luar biasa. Bisa dibilang dia penampil paling
tulus. Menceritakan kegelisahannya ketika mendapatkan job standup di sebuah
SLB. Mendapatkan applause break berkali-kali membuatnya juga mendapat hujan
pujian dari juri. Bahkan, saat mendapatkan tawa penonton berkali-kali, di atas
panggung dia sempat menangis terharu. Perasaannya yang tulus sampai ke seluruh
penonton, termasuk aku. Fak, aku mbrebes (apa bahasa Indonesia dari mbrebes
ini?).
Saint Lucu Mojokerto ini hanya meloloskan dua komika
saja untuk bersaing di final. Dan, yang terpilih adalah Resty dan Faizal. Luar
biasa. Aku yang tidak mendapatkan itu rasanya bahagia dan terharu melihat temanku,
Faizal, mendapatkannya.
Sebelum pulang, mas Sofyan yang merupakan maha
guruku ketika di Madiun bilang kalau dia juga terhibur dengan penampilanku
malam itu. Tidak bisa berkata apa-apa aku. Serius. Semua pujian yang datang
kepadaku di malam itu benar-benar terasa seperti mimpi. Aku tidak menyangka
juga akan tampil seperti itu karena ekspektasiku bakal biasa aja.
Saat perjalanan pulang, aku cuma bisa membatin kalau
ternyata perjalananku standup selama sembilan tahun ini akhirnya membuahkan
hasil. Tidak menyangka akan sampai ke titik ini, titik di mana seluruh orang
sekarang matanya tertuju ke aku, yang notabene dulunya bukan siapa-siapa di
skena ini. Aku merasa senang juga karena beberapa teman seperjuanganku yang
sekarang masih aktif juga bertumbuh, Fajri dan Faizal.
Mungkin cuma itu saja yang bisa aku ceritakan.
Sebenarnya cerita ini lebih pendek dari yang aslinya. Ini hasil rangkuman saja
karena terlalu banyak kejadian-kejadian yang tidak bisa aku ceritakan sehingga
di cerita kali ini ada beberapa plot cerita yang terasa tiba-tiba terjadi.
Terima kasih sudah membaca.
Komentar
Posting Komentar