Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

SUCROS 4 JATIM FINAL KEDIRI YANG MBLEDOS DOR OWOR-OWOR

  Sebagai Penampil: Tentunya seneng banget bisa menjadi salah satu penampil di panggung SUCROS Final ini. Sebuah impian dari delapan tahun yang lalu. Mungkin harus aku jelaskan dulu kenapa ini menjadi panggung impian. Bagi kalian yang masih awam, jadi sebenarnya SUCROS ini adalah singkatan dari Stand-Up Comedy Road Show. Kenapa Road Show? Karena pertunjukkan Stand-Up ini seperti sebuah tour yang mengunjungi beberapa kota hingga akhirnya nanti di kota terakhir, finalnya. SUCROS dulu kalau tidak salah pertama kali ada itu tahun 2012, di mana Stand-Up masih menjadi hal atau suatu hiburan yang awam di masyarakat. Tujuan dari terselenggarakannya ini adalah untuk mengenalkan seni Stand-Up Comedy ini kepada masyarakat sekaligus mengenalkan komika-komika lokal Jawa Timur. Banyak sekali senior-senior Jatim yang hebat-hebat, sudah terkenal dan mengudara namanya yang menjadi penggagas dari SUCROS ini. Dan banyak pula komika-komika top dari Jawa Timur yang dihasilkan dari terselenggara...

NASI PECEL DI LUAR MADIUN RASANYA ANEH

  Bukan sengaja membuat kontroversi dengan judul yang mungkin bisa membuat orang tersinggung. Karena itu memang adalah hal yang aku rasakan ketika pertama kali merantau ke luar Madiun dengan waktu yang lama. Merasakan makanan khas daerahku yang rasanya berbeda dari yang biasanya selalu aku makan. Ya, sebenarnya malu juga buat bilang kalau ini adalah pertama kalinya aku merantau. Karena mendapat pekerjaan di luar kampungku, Madiun. Aku merantau di sebuah daerah yang sebenarnya tidak terlalu jauh dengan Madiun. Jarak yang ditempuh sekitar 2 jam dari Kota Madiun. Budaya dan bahasanya pun masih nyambung-nyambung aja. Tidak banyak culture shock yang aku rasakan, kecuali soal makanan. Makanan yang aku maksud di sini spesifik ke nasi pecel. Sebuah makanan yang menjadi trade mark dari daerah bernama Madiun, yang mengaku kalau pecel itu asli dari Madiun. Nah, banyak sekali orang yang berjualan nasi pecel di sini, di tempatku merantau. Cuma, ada beberapa hal yang membuatku agak gimana gi...

Seperti Film Mai, Membuang Cinta yang Menyenangkan dan Berpikir Realistis

  Tulisan ini nantinya bakal ada spoiler dikit tentang sebuah film. Dikasih tahu di depan agar waspada karena siapa tahu spoiler yang aku berikan terlalu banyak nantinya. Intinya ingin menulis apa yang ada di pikiran ketika melihat film ini dan mencocokkannya dengan apa yang ada di kehidupanku sekarang. Mai, sebuah film drama romantis dari negeri tetangga, Vietnam. Film ini menceritakan kisah seorang wanita bernama Mai yang terpaksa menjadi single mom yang belum menikah meski usianya sudah hampir berkepala empat. Single mom yang membuang persoalan percintaannya demi masa depan keluarga kecilnya. Masalah dimulai dari pekerjaannya yang hanya menjadi seorang terapis pijat di sebuah tempat yang kebanyakan pelanggannya adalah pria. Banyak sekali yang menggodanya, tapi tak pernah ditanggapi. Lalu, masalah berikutnya adalah ayahnya yang suka sekali judi sampai terlilit utang. Ayahnya akan meminta uang kepadanya jika sudah terhimpit. Belum lagi masalah anaknya yang putus sekolah. Kli...

Street Laughter Volume Enam

  Sebagai komika daerah, terutama di Madiun, bener-bener membutuhkan yang namanya penonton. Entah waktu show berbayar atau hanya waktu open mic alias latihan. Permasalahan di hampir setiap komunitas daerah adalah tidak ada penonton yang berminat menonton mereka baik di show berbayar dan di open mic. Terkadang hal tersebut menjadi batu penghalang bagi komunitas daerah yang ingin berkembang. Harus disadari memang kadang di open mic beberapa komunitas daerah, biasanya ada open mic yang zonk. Maksudnya? Open mic yang seluruh penampilnya nge-bomb alias tidak lucu. Mungkin hal tersebut yang menjadi pemicu para penonton malas untuk menonton komika-komika daerah walau hanya sekadar open mic. Kondisi tersebut membuat komika daerah berada jalan yang bercabang. Antara ingin menyerah alias berhenti atau ingin mencoba ke kota besar yang komunitasnya punya penonton setia. Karena ada beberapa komika daerah yang masih ingin mencoba materinya sendiri yang tidak ditonton tersebut dibawakan ke de...

Menjadi Anak Band Bersama Haneuver

Bagiku, menjadi anak band atau punya band adalah cita-cita yang tidak mungkin atau mustahil bisa ku gapai. Karena emang tidak punya bassic dalam bermain alat musik. Bisa main drum, tapi itu cuma bisa-bisaan aja. Dan nge-band bareng temen-temen SMA itu udah menjadi suatu hal untuk disyukuri. Semua berubah semenjak dua tahun yang lalu. Aku bersama temanku, Mas Ragil, yang kebetulan lagi gabut pada waktu itu mencoba untuk jamming bareng. Jamming ini adalah sebuah sesi di mana semuanya ngawur. Bukan berarti ngawur itu berantakan dan semena-mena alias semaunya sendiri. Lebih ke penyesuaian aja. Bisaku kayak gimana, nanti Mas Ragil coba ngisi. Jamming asal-asalan itu sempat beberapa kali dilakukan dan akhirnya mengajak dua orang lagi untuk bergabung. Mas Adit dan Mas Indra join the band. Mereka berdua mengisi posisi vokal dan bass. Karena keterbatasan skill, kami memutuskan untuk memainkan lagu-lagu post-punk dan mendalaminya. Post-Punk adalah sebuah genre yang dipopulerkan oleh band ternama...

Challenge Baru

  Jujur saja, akhir-akhir ini aku bingung harus bagaimana di standup. Padahal ini adalah kegiatan yang menyenangkan buatku, bahkan ketika berkumpul dengan teman-teman komunitas, aku males pulang lebih dulu. Dunia standup ini terlalu seru dan asyik untukku. Sebuah kegiatan yang isinya tertawa, tertawa, dan tertawa. Memberi kesempatan bagi orang-orang yang tidak pernah mendapatkan lampu sorot untuk memperoleh lampu sorotnya sendiri. Aku bingung harus bagaimana karena sekarang aku sudah tidak punya target apa-apa lagi. Dulu, aku bisa seberkembang atau seperti sekarang karena banyak hal. Seperti mengejar panggung SUCI Kompas TV, mengejar ketertinggalan komunitas Madiun dari komunitas-komunitas lain di Jawa Timur, mengejar teman-teman standup-ku yang sudah oke di luar sana, dan masih banyak hal lainnya. Aku merasa sekarang aku sudah tidak perlu mengejar apa-apa karena bisa berada di lingkungan ini saja sudah cukup buatku. Hal tersebut yang membuatku malah bingung harus bagaimana sek...

Fajri yang Kadang-Kadang Mengejutkan

  Tepat seminggu yang lalu, tanggal 27 Januari 2024, temanku bernama Fajri membuat sebuah special show atau pertunjukkan istimewa dengan judul Kadang-Kadang, Kadang Begini, Kadang Begitu. Sebuah pertunjukkan standup yang dilangsungkan di kotanya sendiri, yaitu Jombang. Aku akan berusaha me-review special show Kadang-Kadang, Kadang Begini, Kadang Begitu ini dengan sudut pandangku sebagai penonton. Akan aku jelaskan sedikit mungkin apa itu special show karena kemarin sempat me-review beberapa special show milik beberapa temanku juga. Jadi, special show di sini adalah sebuah pertunjukkan yang khusus dimiliki oleh seseorang. Karena inti dari pertunjukkan tersebut adalah penampilan dari yang punya hajat alias yang punya show tersebut. Seperti misalnya temanku si Fajri ini, membuat sebuah pertunjukkan spesial yang penampil utamanya adalah dia sendiri nantinya di penghujung acara. Seperti itu, Fren. Semoga membantumu dalam menambah wawasan yang tidak ada gunanya ini. Show ini dimulai ...

Tak Satu pun yang Mendengar, Buat Apa?

  Sudah beberapa kali aku mendapatkan tawaran untuk mengisi di sebuah acara perusahaan-perusahaan atau instansi besar. Bayaran yang didapatkan dari itu semua sangat-sangat besar bagiku yang merupakan seorang komika amatir. Siapa yang tidak tergiur dengan hal tersebut? Banyak komika yang mengatakan kalau yang penting dapat uangnya, jika tidak lucu bisa langsung pulang. Sayangnya aku tidak bisa seperti itu. Aku merasa kalau cuma dibayar dan tidak lucu seperti ada rasa yang mengganjal. Bagi beberapa komika, gagal ketika diberi job oleh perusahaan atau instansi besar itu sudah biasa. Seperti makan di sebuah tempat yang ketika enak, ya, bersyukur dan jikalau tidak pun penting masih bisa makan. Kebanyakan dari mereka berpikir yang penting dibayar, sisanya pulang. Aku ingin juga melakukan hal yang sama, melupakan semua yang terjadi di atas panggung dengan langsung pulang, tapi aku tidak bisa. Bukan tidak bisa pulang, tapi lebih ke ada perasaan yang mengganjal. Aku berpikir harusnya aku ...

Watch and Learn

  Sudah menekuni standup selama hampir sepuluh tahun. April 2024 besok akan menjadi tahun kesepuluh saya berenang di lautan standup ini. Sudah banyak pengalaman yang saya terima selama sepuluh tahun ini, mulai dari yang menyenangkan sampai yang tidak mengenakan bagi saya. Semuanya melebur menjadi satu, membuat perasaan suka dan mencintai seni ini tumbuh begitu saja. Sangat sulit bagi saya apabila disuruh atau dipaksa untuk berhenti atau keluar dari lingkaran ini. Meski pun sudah tidak ada peluang untuk lolos dan membawa nama Madiun ke kancah nasional di televisi, masih ada rasa ingin menggembleng beberapa komika baru yang ada di komunitas saya. Semoga saja masih diberi kesempatan untuk itu. Bermula dari April 2014, setelah Ujian Nasional SMP, mencoba gabung ke komunitas dan melakukan open mic untuk pertama kali di luar kandang. Karena sebelumnya saya sudah pernah standup di SMP saya sendiri, tapi   kalau dilihat dan diperhatikan memang tidak lucu-lucu banget. Karena pada wak...